Kamis, 07 November 2013

Korea Selatan Berharap Jadi Pemimpin Dalam Penghematan Air Dan Sanitasi

PBB memperkirakan dalam 50 tahun mendatang hampir separuh dari populasi dunia akan menghadapi krisis air bersih. Saat ini Asia adalah benua dengan persediaan air paling sedikit. Para ahli lingkungan mengatakan penghematan air harus dimulai dari rumah, lebih khusus lagi kamar mandi. Korea Selatan sudah mulai melakukan revolusi toilet untuk meghemat air dan meningkatkan sanitasi global. Laporan dari Suwon disampaikan koresponden Jason Strother dan dibacakan oleh Nanda Hidayat. Shim Jae Duk tinggal di sebuah toilet raksasa. Politisi Korea Selatan ini membangun sebuah rumah berbentuk toilet di bagian selatan Seoul, Suwon. Dia mengatakan awalnya tidak mudah meyakinkan keluarganya untuk tinggal di sana. “Saya mengumpulkan semua anggota keluarga dan mengatakan ingin membangun sebuah rumah berbentuk toilet. Istri saya yang pertama kali angkat bicara dan bertanya “Apakah saya benar-benar ingin tinggal di toilet?” tapi ia dan anak-anak saya mengerti tentang minat saya pada toilet.” Dari dalam terdengar alunan musik lembut sementara Shim memperlihatkan cara kerja pengendali toilet. Dia mengatakan toilet memainkan peranan utama dalam hidup setiap orang, itu sebabnya ia menjadikan kamar mandi sebagai pusat rumah tersebut. Bagi Shim, kamar mandi adalah bisnis yang serius. Faktanya saat ini dia dikenal sebagai Tuan Toilet. Dia mendapat gelar itu sewaktu piala dunia 2002, saat menjabat sebagai walikota. Shim mengutamakan memperindah dan meningkatkan kebersihan toilet umum. Sekarang sebagai anggota Sidang Nasional, Tuan Toilet mengatakan negara lain bisa belajar mengenai sanitasi dari Korea. Korea Selatan merupakan negara pertama di dunia yang memiliki hukum yang secara khusus mengatur tentang kamar mandi, papar Shim. Negara lain bisa mengadaptasi sebuah standar untuk semua tolet. Shim ingin menjadikan kesehatan pribadi penunjang dalam pembangunan negara, di mana jutaan orang tidak memilki akses terhadap kamar mandi yang bersih. Dengan dukungan kuat dari pemerintah Seoul, Shim mendirikan Asosiasi Toilet Dunia (WTA). Dia berharap Korea Selatan akan menjadi pemimipin revolusi toilet di seluruh dunia. Penabuh drum mengetuk permukaan beberapa mangkuk porselin sebagai tanda dimulainya pertemuan pengukuhan WTA di Seoul. Doktor Shigeru Omi, Direktur WHO untuk Pasifik Barat menyampaikan sambutannya. “Di seluruh dunia, 1,8 juta orang meninggal akibat diare yang disebabkan persedian air bersih yang tidak terjamin, sanitasi tak mencukupi dan praktek kesehatan pribadi yang minim.” Omi juga mengatakan dua dari tiga kematian itu terjadi di Asia. WHO memperkirakan hampir 92 triliyun rupiah biaya yang dibutuhkan setiap tahun untuk membangun sarana sanitasi dasar di seluruh dunia. Tujuan WTA lainnya adalah membuat kamar mandi yang ramah lingkungan dan hemat air. Di luar ruang pertemuan, dipamerkan toilet-toilet abad 21. Ada toilet dengan dua mekanisme penyiraman, satu untuk cairan dan yang lain untuk benda padat. Model yang lain dilengkapi dengan kipas angin yang didesain untuk menghilangkan bau tidak sedap. Toilet ini dinamakan toilet sopan. Simon Lee dari Asosiasi Perdagangan Internasional Korea menjelaskan bagaimana toliet konvensional itu boros air. “Hampir 60 persen konsumsi air kita untuk toilet. Kami kira ini sangat menggelikan, kita letakan limbah di air bersih kemudian membuangnya. Dibutuhkan mininal 10 liter air untuk sistem toliet konvensional tapi dalam sistem yang baru kurang…dari empat liter…tekan tombolnya dan pengaitnya akan bekerja seperti ini.” (flush) Saya menanyakan soal siapa yang membeli produk sebanyak ini, apakah ada negara atau wilayah yang sangat tertarik membeli toilet berteknologi tinggi ini? Kemudian Lee menjawab, Cina sangat tertarik dengan tipe toilet ini karena mereka tidak punya banyak air. Kami dapat pesanan dari Beijing untuk Olimpiade 2008. Kami akan mengimpor tipe ini ke Beijing karena orang Cina sangat tertarik dalam menghemat pemakaian air.” Warga Korea dan perwakilan asing menumpahkan air ke dalam kolam selama upacara pemurnian WTA. Delegasi dari hampir 60 negara mengambil bagian dalam pertemuan itu tapi tidak banyak perwakilan dari negara maju yang muncul. Tuan Toilet, Shim Jae Duk mengatakan negara-negara ini memiliki gambaran terbatas tentang kamar mandi. “Negara maju harus mengubah cara berpikir tentang toilet. Tidak cukup hanya dengan kamar mandi yang bersih. Itu adalah bagian budaya. Ini adalah cara terbaik menuju gaya hidup sehat.”

0 komentar:

Posting Komentar