Minggu, 03 November 2013

BPPT Gandeng Jepang Uji Coba Pantau Permukaan Air Waduk Jatiluhur

[PURWAKARTA] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama peneliti Jepang melakukan uji coba pemantauan kondisi permukaan air di Waduk Jatiluhur, Purwakarta. Alat pemantau berbasis sensor ini dapat memberikan data secara real time setiap 10 menit. Sebelumnya, pengelola waduk Jatiluhur menggunakan metode konvensial dan pengukuran dengan banyak instrumen dimana untuk mengetahui kondisi permukaan air membutuhkan waktu berhari-hari. Peneliti Senior Gambut dan Akunting Sumber Daya Alam BPPT Bambang Setiadi mengatakan alat Sensory Data Transmission Service Assisted by Midori Engineering (SESAME) ini bisa mengetahui ketinggian muka air secara cepat dan akurat. Selain itu volume tampungan air di waduk juga bisa diketahui. "Alat ukur ini juga sudah diujicobakan di sungai Kahayan untuk memantau banjir. Mengapa tidak diimplementasikan ke waduk. Sebab strategi pengolahan air pertanian, energi, air minum di berbagai provinsi Indonesia bergantung dari waduk," katanya di sela-sela peninjauan SESAME di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Senin (21/10). Kerja sama riset BPPT, Universitas Hokkaido, JICA dan JST bersama pengelola waduk Perum Jasa Tirta II ini akan dimonitor hingga Maret 2014. Mantan Kepala Badan Standarisasi Nasional ini pun mengungkapkan awal riset bersama peneliti Jepang ini dimulai dengan sensor untuk mengukur permukaan air di lahan gambut yang kemudian dikorelasikan dengan angka emisi karbon. "Untuk pemantauan gambut, pendekatannya untuk mengetahui permukaan air di lahan gambut. Tinggi permukaan air tersebut menentukaan jumlah karbon yang dilepas," ucapnya. Selain di waduk Jatiluhur, teknologi sensor pemantau kondisi air secara real time ini juga sudah diujicobakan di Kalimantan, Riau dan di Pusat Kopi dan Kakao Jember. Ia pun berharap jika ujicoba ini berhasil dengan baik, maka direncanakan perangkat sensor pemantau ini diproduksi massal sebanyak 100 unit dengan kandungan lokal dalam negeri. Namun sayangnya pengolahan data real time yang masih berbasis di Jepang ini mewajibkan Indonesia butuh waktu untuk mentransfer teknologinya. CEO Head Director Midrori Engineering Laboratory Co Ltd Yukihisa Shigenaga mengatakan SESAME yang dipasang di Waduk Jati Luhur 15 Oktober lalu tersebut meliputi sensor air, hujan dan temperatur udara. Informasi ketinggian air yang dikombinasikan dengan data curah hujan dan temperatur di Waduk Jatiluhur ini dikumpulkan setiap 10 menit dan akan dikirimkan setiap satu jam sekali langsung ke server yang berada di Midrori Engineering Laboratory Hokkaido sebelum ditransfer kembali ke Indonesia. "Alat sensor dipasang di bawah permukaan air, menggunakan panel surya untuk energi operasi alat ini yang tahan hingga tujuh hari. Di dalam boks pemantau ada sim card untuk melaporkan secara real time," paparnya. Sementara itu, untuk ujicoba sensor di Sungai Kahayan, grafik sungai Kahayan menunjukan debit air sungainya. Sehingga bisa diprediksi kapan banjir dan dimana potensi banjir. [R-15]

0 komentar:

Posting Komentar