Kamis, 14 November 2013

3R

Kita pernah mendengar orang berkata, "Reduce, Reuse, Recycle." Kita mungkin tahu bahwa ini adalah slogan kampanye untuk melestarikan sumber daya. Tapi apa maksud dari masing-masing kata tersebut? Reduce Apa sebenarnya artinya reduce (mengurangi)? Reduce berarti mengurangi jumlah limbah yang kita buat. Itu juga bisa berarti pemotongan penggunaan sumber daya alam. Meminimalkan limbah mungkin sulit dicapai bagi individu dan rumah tangga, tapi di sini ada beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan dalam rutinitas harian untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam: Matikan lampu saat tidak menggunakannya. Matikan televisi mati jika tidak ada yang menonton. Ganti bola lampu dengan oyang lebih hemat energi. Mengurangi penggunaan air dengan mematikan kran bila tidak menggunakan air. Gunakan aliran rendah shower, untuk menghemat air dan menggunakan lebih sedikit energi. Masukan sampah dapur dan sampan taman ke tumpukan kompos. Pada musim panas, mengubah filter pada AC dan gunakan sebagai pendingin udara sesedikit mungkin. Karena penggunaan AC mengkonsumsi banyak energi. Di musim dingin, pastikan perapian bekerja dengan benar dan pastikan ada cukup isolasi pada jendela dan pintu. Memperbaiki item rusak atau aus daripada membeli yang baru. Ketika pergi berbelanja, belilah barang-barang dengan pemakaian tanpa limbah atau sedikit limbah. Berjalan atau bersepeda daripada menggunakan mobil atau motor pada jarak yang dekat, untuk menghemat penggunaan bahan bakar dan biaya, dan untuk mengurangi polusi. Ketika membeli kendaraan baru, periksa hybrid, model semi-hybrid, atau listrik untuk mengurangi penggunaan gas dan polusi udara. Reuse Sekarang mari kita lihat apa yang kita dapat gunakan kembali. Reuse termasuk menggunakan barang yang sama lagi untuk fungsi yang sama dan juga menggunakan barang tersebut untuk fungsi baru. Reuse dapat memiliki manfaat bagi ekonomi dan lingkungan. Beberapa cara menggunakan kembali sumber daya alam meliputi: Gunakan tas yang dapat digunakan kembali saat berbelanja. Gunakan air abu-abu. Air yang telah digunakan untuk laundry, misalnya dapat digunakan untuk mengairi kebun atau toilet siram. Pada tingkat kota, limbah air murni dapat digunakan untuk air mancur, penyiraman taman umum atau lapangan golf, pemadam kebakaran, dan tanaman pengairan. Hujan dapat ditangkap dalam tong-tong hujan dan digunakan untuk mengairi taman Anda. Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis. Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat. Recycle Sekarang kita beralih untuk mendaur ulang. Kadang-kadang mungkin sulit untuk memahami perbedaan antara menggunakan kembali dan daur ulang. Recycle melibatkan pengolahan bahan yang digunakan untuk membuat barang tersebut cocok untuk keperluan lainnya. Itu biasanya berarti mengambil barang yang bisa digunakan, memecahnya, dan menggunakan kembali bagian-bagian yang masih bisa dipakai. Meskipun daur ulang membutuhkan energi ekstra, hal ini sering dilakukan dengan barang yang rusak, usang, atau tidak dapat digunakan kembali. Hal-hal yang biasanya didaur ulang meliputi: Baterai. Biodegradable limbah. Elektronik. Besi dan baja. Aluminium (Gambar di bawah). Glass. Kertas. Plastik. Tekstil, seperti pakaian. Kayu. Ban. Setiap jenis barang didaur ulang membutuhkan teknik daur ulang yang berbeda. Daur ulang bisa dilakukan oleh kita di rumah, di sekolah atau dalam sebuah komunitas lingkungan. Jika kita tidak mampu untuk mendaur ulang maka berikan kepada pihak lain yang dapat mendaur ulangnya. Selain itu, pemakaian produk ramah lingkungan harus kita mulai dari diri sendiri, sehingga perusahaan yang tadinya membuat produk tak ramah lingkungan memikirkan kembali dan membuat produk atau barang yang ramah lingkungan.

Kurangi limbah, batik Laweyan beralih ke warna alami

<a href="//adsensecamp.com/?ref_id=182109" title="Adsense Indonesia"><img src="//banner.adsensecamp.com/images/banner/blue-star.jpg" alt="Adsense Indonesia" border="0"></a>Sindonews.com - Guna mengurangi produksi limbah yang mencemari kali Jenes beberapa tahun terakhir ini, para produsen batik di Kawasan Industri Kampung Batik Laweyan, bakal beralih menggunakan pewarna alami yang berasal dari bahan alam. Ketua Paguyuban perajin Batik Laweyan, Alfa Pabela menyebutkan, ke depannya para perajin batik bakal beralih menggunakan bahan alami yang ramah lingkungan. Sehingga limbah yang masuk ke alur kali Jenes bisa diminimalisasi. Ia mengatakan, untuk saat ini pihaknya mengakui jika para perajin batik di Kawasan Laweyan masih menggunakan bahan-bahan kimia yang mengganggu ekosistem lingkungan di sepanjang alur kali Jenes. Akan tetapi hal itu terpaksa dilakukan guna mejamin kelangsungan hidup para perajin batik yang ada di kawasan tersebut. Selain itu, pembuangan limbah ke kali Jenes tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya saat ini Pemerintah Kota Solo baru menyediakan satu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kampung tersebut. Padahal jumlah tersebut masih kurang mencukupi untuk menampung limbah batik yang dihasilkan oleh produsen. Ia memperkirakan, jumlah limbah yang tertampung dalam satu IPAL tersebut berkisar pada angka 50-70 persen dari total limbah yang dihasilkan. Dengan kondisi itu, mau tidak mau limbah disalurkan oleh para perajin menuju ke aliran sungai tersebut, hingga kondisinya seperti sekarang ini. Ia mengatakan, seharusnya Pemkot Solo, mau ambil tindakan untuk membangun instalasi limbah baru yang lebih besar dan menampung seluruh limbah batik yang dihasilkan. Akan tetapi hal itu tak kunjung dilakukan oleh Pmekot Solo. Padahal usulan tersebut sudah dilakukan sejak lima tahun silam, namun tidak ada realisasinya. “Kita bakal beralih mengggunakn warna alam untuk mengurangi limbah yang ada, akan tetapi harusnya diimbagi oleh Pemkot dengan membangun IPAL baru di kawasan ini. Dengan seperti itu kali Jenes bakal bersih kembali,” ucapnya kepada Wartawan, Selasa (8/10/2013). Sementara itu Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup, BLH Solo, Luluk Nurhayati menyebutkan, pihaknya bakal melakukan rehabilitasi IPAL pada 2013 ini. Untuk sementara ini pihaknya juga mengaku sudah melakukan normalisasi sungai sepanjang tiga kilometer. Akan tetapi untuk sementara normalisasi dihentikan karena kendala akses masuk ke lapangan yang cukup sempit.

penanaman pohon diseluruh kota yang ada di indonesia

dengan menanam pohon penyerapan air kedalam tanah akan menjadi lebih banyak yang membuat tersedia banyak sumber mata air. banyak lagi manfaat hutan bagi lingkungan dan mahluk hidup. Hutan memiliki banyak manfaat untuk kita semua. Hutan merupakan paru-paru dunia (planet bumi) sehingga perlu kita jaga karena jika tidak maka hanya akan membawa dampak yang buruk bagi kita di masa kini dan masa yang akan datang. oleh karena itu penanaman pohom di hutan sangat dibutuhkan,dan menjaganya sangat perlu sebab menanam lebih mudah dari pada menjaganya . di butuhkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat sehingga bisa menjaga pohon-pohon yang berada pada hutan , sehingga hutan tidak gundul. perlunya setiap kota punya hutan juga untuk mengurangi polusi-polusi udara yang disebabkan oleh asap-asap kendaraan dan pabrik . serta menjaga kadar udara di perkotaan agar tetap segar. ada juga sistem sanita yang di kembangkan oleh PU di INDONESIA dengan menanam kebun yang kita tanam adalah tanaman hiperakumulator, sehingga bisa mengurangi berbagai logam dan partikel yang dapat merusak air dan tanah. setidaknya bisa mengurangi limbah rumah tangga yang mau di kembalikan ke alam lagi . back to nature!

Selasa, 12 November 2013

perlunya pelopor kebersihan

berbagai daerah di indonesia mempunyai lingkungan yang kurang baik khususnya di pulau jawa. banyaknya pabrik dan masyarakat yang menempati pulau ini menjadi alasan utama banyaknya sampah yang di hasilkan oleh warga pulau jawa. banyak yang membuang sampah sembarangan kurangnya pengertian dari semua lapisan masyarakat tentang bagaimana peran lingkungan terhadap mahluk hidup terutama manusia menjadi alasan paling utama. perlunya seorang suri tauladan dan contoh tentang seorang yang suka menjaga lingkungan untuk masyarakat sangat di perlukan untuk mendorong dan menarik masayarakat agar memulai hidupnya dengan lebih baik dan lebih menjaga lingkungan sekitar, dengan adanya orang yang memimpin dalam hal kebaikan maka orang sekitar akan terdorong untuk mengikuti hal tersebut hingga akhirnya bisa tercapai lingkungan yang bersih . sehingga jika dilakukan terus menerus akan menghasilkan generasi yang senang melindungi lingkungan dan akan malu jika melakukan perusakan atau pengotoran lingkungan . sehingga lingkungan yang baik akan tercipta . perlunya pelopor kebaikan tersebut perlu ada di setiap daerah sehingga bisa tercapai Indonesia yang bersih dan sehat. Serta Indonesia akan menjadi Negara yang lebih maju.

pembangunan pembangkit sumber tenaga matahari

sumber matahari adalah energi Surya terbarukan energi bersih yang telah ada selama ribuan tahun. Energi matahari adalah tentang memanfaatkan kekuatan matahari untuk menghasilkan energi. Matahari cukup hujan energi matahari di Bumi dalam satu hari kekuasaan seluruh kebutuhan energi dunia selama sumber energi satu tahun. Energi matahari dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena akan ada selama matahari Energi Alam kita tidak yang diperkirakan miliar tahun lagi. Energi surya juga dianggap sebagai energi bersih karena tidak menghasilkan polutan atau produk samping yang berbahaya bagi lingkungan. oleh karena itu setidaknya ada beberapa energi matahari untuk menghemat bahan bakar fosil yang menjadi bahan dasar PLN dan bisa menjangkau daerah-daerah terpencil yang tidak ada listriknya. untuk itu perlu adanya pembangunan pembangkit tenaga matahari ini . setidaknya agar ada kemajuan untuk bangsa indonesia serta menentramkan rakyat karena rakyat adalah bagian dari negara jika rakyat sejahterah maka indonesia juga akan cepat menjadi negara yang maju

perlunya perjanjian dengan pabrik industri

“industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.” Lebih tepatnya suatu proses ekonomi yang mengolah bahanmetah, bahan baku dan bahan setengah jadi menjadi barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa industri meliputi pula pola untuk barang kerajinan, selain untuk barang industri. Industri adalah “pola” yang digunakan dalam proses pembuatan barang baik secara komersial dan berulang-ulang.harusnya ada perjanjian bagi para pengusaha industri dan pabrik-pabriknya agar tak membuang limbah sembarang tempat dan bertanggung jawab atas limbah tersebut. Banyak kenyataanya para perindustri membuang limbahnya ke sungai, ke laut sehingga membuat sungai tercemar. Harusnya di buat UU untuk para pencemar lingkungan karena dampaknya dapat membuat berbagai air tercemar dan lahan untuk hutan berkurang sehingga ratusan ribu orang di landa kekeringan dan kekurangan air . memang benar sih banyak membantu karena mempunyai berbagai dampak baik diantaranya : 1. Bertambahnya lapangan pekerjaan yang cukup luas 2. Berkurangnya devisa luar negeri 3. Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan kemakmuran 4. Perindustrian menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat. 5. Perindustrian memperbesar kegunaan bahan mentah 6. Mengurangi ketergantungan Negara pada luar negeri 7. Dapat merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan tentang industri Akan tetapi ada juga dampak negatifnya , dintaranya : 1. Sampah dan Limbah 2. Berkurangnya lapangan pekerjaan karena harus membutuhkan lahan yang cukup luas 3. Semakin banyaknya pencemaran, baik pencemaran udara, air, dan tanah 4. Memperburuk kondisi biografis-kimia 5. Mempengaruhi ketentraman lingkungan dan budaya akibat interaksi para pelaku industri 6. Mempengaruhi adat istiadat dan moral sebagai pilar kehidupan menjadi merosot 7. Akibat dari pncemaran, banyak menimbulkan kematian bagi binatang-binatang, manusia dapat terkena penyakit, hilangnya keindahan alam dan lain-lain. Oleh karena itu perlu adanya perjanjian dengan pihak yang bersangkutan agar bertanggung jawab dengan apa yang telah di lakukanya.harusnya di buat perjanjian dengan meminta kesepakatan Mungkin diantaranya mengelola limbah yang pabrik keluarkan sehingga tidak mencemari lingkungan dan Membuat hutan mini untuk mencegah teralu banyaknya polusi yang di timbulkan dari bebrapa pabrik. Bisa juga membuat sebuah hukum atau peraturan berikut penjelasanya. Hukum menurut Utrecht adalah himpunan petunjuk hidup, perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. menurut Utrecht penyebab hukum ditaati adalah: • Karena orang merasakan peraturan dirasakan sebagai hukum. • Karena orang harus menerimanya supaya ada rasa tentram. • Karena masyarakat menghendakinya. • Karena adanya paksaan (sanksi) sosial. sehingga menjaga lingkungan nantinya bisa menjadi adat yang baik bagi warga indonesia.

Berbagai IPTEK yang telah di kembangkan oleh PU di Indonesia

INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA TANGKI SEPTIC BERMEDIA KONTAK (BIORITY) Dampak negatif dari pembangunan perumahan yang cepat adalah bahan-bahan limbah yang beragam, termasuk air limbah domestik yang dapat berpengaruh negatif bagi kualitas badan air yang berakibat pada terkontaminasinya air. Sebagaimana diketahui, kontaminasi air akibat aktivitas domestik masih relatif tinggi, sekitar 70-80% (Agenda 21, 1997; World Bank, 2003). Bila sumber air limbah teridentifikasi tidak memenuhi persyarata, air limbah perlu diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke badan air. Teknologi pengolahan air limbah yang dipilih harus mampu meningkatkan kualitas air efluen secara kimiawi, fisik, dan bakterial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman menemukan sistem tangki septik bermedia kontak yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mempercepat pembangunan perumahan karena mampu diproduksi secara masal. Inti dari sistem tanki septik tersebut terletak pada media kontak technocell yang bermanfaat bagi mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Mikroorganisme tersebut mempercepat penguraian tinja sehingga ruang lumpur menjadi tidak cepat penuh sehingga umur pakai tanki septik menjadi lebih panjang dan pengurasan yang lebih jarang. Sistem ini memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah rumah tangga dengan mereduksi COD, BOD, dan TSS sampai 75%. Sistem ini dipabrikasi dan dipasarkan oleh PT Tribina Semesta Technology Jakarta dengan nama Biority® yang merupakan kependekan dari Biologically Purity. Sistem ini terbukti memenuhi persyaratan Peraturan Menteri KLH No. 112 Tahun 2003 tentang standar kualitas air limbah rumah tangga. Biority® dapat diaplikasikan untuk perumahan, hotel, pusat perbelanjaaan, dll baik secara individual maupun komunal. Keunggulan dari Biority : 1. Tanpa memerlukan resapan dan ramah lingkungan 2. Pemasangan mudah dan cepat 3. Hemat ruang 4. Material yang tahan korosi 5. Air buangan yang dapat langsung dialirkan ke drainase umum Biority (2)Inovasi ini berkaitan dengan teknologi pengolahan air limbah rumah tangga melalui tangki yang dilengkapi dengan tempat berkembang biaknya mikroorganisme anaerobik, sehingga pertumbuhan mikroorganisme anaerobik dapat berkembang biak pada permukaan maupun pada dinding dalam media dan mempercepat penguraian lumpur tinja, sehingga ruang lumpur tidak cepat penuh dan mempunyai umur pakai lebih lama dan frekuensi pengurasan lebih jarang. Dengan adanya penguraian secara anaerobik di dalam media, maka penurunan BOD akan lebih banyak dan kualitas effluent dari tangki akan lebih baik. Dengan demikian pencemaran lingkungan dapat diturunkan dan air hasil olahan dapat diresapkan ke dalam tanah atau dialirkan ke badan air seperti sungai dan tidak memberikan kontribusi pencemaran yang membahayakan. Tangki Septik bermedia ini diberi nama dagang ”BIORITY” merupakan singkatan dari Biologically purity. Penamaan dilakukan melalui sayembara dilingkungan Balai Lingkungan Permukiman saja. Tangki BIORITY dilengkapi dengan tube kontak, seluruh komponennya dapat diproduksi secara pabrikasi, kemudian dirakit menjadi unit yang kompak dengan kapasitas pengolahan didasarkan pada jumlah lumpur, perioda pengurasan dan jumlah yang dilayani. Sistem BIORITY ini terdiri dari tiga kompartemen masing-masing dilengkapi dengan ruang lumpur, tube settler dan media arang. Sistem pengaliran air di dalam tangki BIORITY didasarkan pada perbedaan permukaan air di dalam tangki dan sistem anaerobik. Penempatan tube settler pada dua kompartemen dan satu kompartemen berupa media arang dimaksudkan untuk meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme, sehingga penguraian lumpur tinja akan lebih baik dan cepat, sehingga penggunaan ruang lumpur akan lebih lama (frekuensi pengurasan tangki lebih jarang) dan mengurangi bau dan warna effluent. Sistem BIORITY ini selain dapat meningkatkan kualitas lingkungan, juga dapat mempercepat proses pembangunan perumahan, kerena hampir seluruh komponen sistem BIORITY ini dapat diproduksi secara masal dengan memperhatikan kemudahan penanganan. Sistem BIORITY ini dikembangkan dengan pengoperasian dan perawatan yang mudah dan murah. Yang mendasari ditemukannya teknologi ini adanya bakteri anaerobik dengan kandungan nutrisi dalam air limbah rumah tangga, sehingga menjadi habitat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri. Nama dagang produk ini adalah ”BIORITY”. Biority (1)Kerja Prinsip kerja ”BIORITY” air limbah dari toilet dialirkan ke kompartemen 1 terjadi dekomposisi lumpur oleh bakteri, mengendap sebagai lumpur, sebagian larut melewati media terdekomposisi oleh bakteri, mengendap sebagian di kompartemen 2, melewati media ke dua terdekomposisi oleh bakteri. Didesinfeksi sebelum kompartemen tiga, pengendapan di kompartemen 3 sebahagian diserap oleh media karbon warna dan bau. Tangki Septik “Biority” sudah di pasarkan secara nasional dengan sistem pesanan (by order). Tangki septik “ Biority” telah banyak dipasang al. Cirebon super blok, perumahan menengah, percontohan penanggulangan pencemaran danau toba di Kabupaten Dairi Sumut, Perumahan Caltek (sebagai uji coba, percontohan penanggulangan endemis di tangerang utara, dll.) Respon terhapan Tangki Septik “Biority” dalam tiga tahun terakhir ini sangat positif, dan belum ada keluhan yang signifikan baik terhadap effluent yang dihasilkan maupun performa lainnya. Kriteria desain yang digunakan berdasarkan pada jumlah lumpur tinja 30 – 40 kg/orang/tahun, perioda pengurasan 2-5 tahun, effluent maksimum BOD, COD= 100 ppm, jumlah pemakai dirancang antara 3- 10 orang. Bahan dan konstruksi tutup tangki adalah FRP. Keunggulan dari Biority : 1. Tanpa memerlukan resapan dan ramah lingkungan 2. Pemasangan mudah dan cepat 3. Hemat ruang 4. Material yang tahan korosi 5. Air buangan yang dapat langsung dialirkan ke drainase umum Sistem Biority ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi konvensional lainnya. Yaitu kualitas effluent lebih baik (Permen LH 112-2003) dapat dipenuhi, Handling lebih mudah dapat dibongkar pasang, pemasangan lebih cepat, konstruksinya sederhana, hemat lahan, harga kompetitif. Perbedaan dengan produk sebelumnya berupa jenis media kontak, yaitu tube dan arang aktif. Dalam inovasi ini tidak terjadi pengulangan baik dari kriteria desain maupun kapasitasnya. Kelemahan Keterbatasan bahan tangki masih produk luar (ketergantungan impor resin FRP), pemenuhan kriteria desain, struktur dinding dan tutup terhadap kekuatan yang diperlukan serta harga jual. Biaya Investasi Biaya investasi (tidak termasuk bangunan pabrik dan peralatan) per unit produk harga jual bervariasi , termurah Rp 1,9 Juta. Biaya pemasangan bervariasi Rp. 300.000 s/d Rp 700.000,- kecepatan pemasangan 5- 15 buah perhari. Biaya pemeliharaan /pengurasan Rp 160.000,- per 4 tahun. Tindakan PREVENTIF (Pengurangan Emisi CO2) Model Bentuk Perumahan dan Permukiman Perkotaan Rendah Emisi CO2 Konsep/Teknologi :
• Konsep Compact Site Plan • Konsep tata hijau • Konsep one house one tree on maisonette building • Konsep roof garden • Penggunaan material konstruksi yang ramah lingkungan ADAPTASI Teknologi Rumah untuk Kawasan Pasang Surut Konsep/Teknologi : Rumah terapung untuk kawasan hunian yang berada pada tepian sungai dan kawasan genangan air, dengan memanfaatkan sistem rakit berupa drum plastik untuk menopang beban mati dan hidup bangunan. Teknologi Sanitasi untuk Daerah Muka Air Tinggi Konsep/Teknologi : • Sistem pengolahan limbah rumah tangga untuk daerah muka air tanah tinggi menggunakan disinfektan dan media karbon • Air buangan dapat langsung disalurkan ke drainase umum • Tidak memerlukan resapan dan ramah lingkungan Model Pengolahan Sampah untuk Daerah Pasang Surut Teknologi Persampahan : Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) di daerah pasang surut Model Bentuk dan Konfigurasi Perumahan dan Permukiman Perkotaan Rendah Emisi Co2 Latar Belakang Fenomena perubahan iklim dan naiknya temperatur dunia secara luas dimengerti mengakibatkan ketidak pastian perubahan iklim yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya jumlah gas CO2 di atmosphire yang dikenal sebagai gas rumah kaca. Jumlah CO2 normal di udara sangat bermanfaat untuk melindungi mahluk hidup yang ada di bumi, tetapi dalam jumlah yang berlebihan gas tersebut menjadi berbahaya. Pertanyaan Penelitian Bagaimana model perencanaan dan rancangan perumahan dan permukiman perkotaan yang dapat menunjang kegiatan yang berkaitan dengan penurunan emisi CO2 Tujuan Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan untuk membuat model perumahan perkotaan rendah emisi CO2 Kegiatan Penelitian • Pengamatan di 13 lokasi perumahan tentang aspek-aspek perumahan yang dapat mempengaruhi emisi CO2 • Pengamatan detail di 2 perumahan yang berlokasi di Bandung (Perumnas Sarijadi) dan Cirebon (Perumnas Gunung) • Perhitungan jumlah CO2 yang diemisikan dari penyiapan bahan bangunan dan energi yang dibutuhkan untuk aktivitas domestik • Membuat alternatif model perumahan dan permukiman berdasarkan rasio antara ruang terbuka hijau dan ruang terbangun, kepadatan penduduk, jenis infrastruktur dan macam bahan bangunan Hasil 4 Alternatif rancangan Perumahan Gunung, lingkungan RW-08 dan RW-09, Cirebon Konsep sistem grid&cul de sac Konsep Hijau Konsep one house one tree on maisonette building Konsep roof garden Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga dengan Sistem SANITA Sistem Sanita adalah sebuah siklus yang mengolah tinja dan urine manusia sebagai sumber daya, tinja berproses sampai terbebas dari mikroba patogenik, tinja yang telah tersanitasi disiklus ulang untuk keperluan pertanian (pemulihan dan penggunaan kembali nutrisi). Manfaat 1. Mengendalikan Limbah cair agar tidak mencemari badan air atau lingkungan 2. Memperbaiki kualitas air tanah, air permukaan 3. Kesuburan tanah dengan pengolahan sistem ekosan (Ekologi Sanitasi) Model MCK Plus (MCK Umum dan Pengolahan Air Minum Isi Ulang) Pengelola dan Pengguna • Model MCK Plus ini diperuntukan untuk melayani seluruh masyarakat yang membutuhkan air minum (isi ulang) dan sarana sanitasi (MCK) yang memadai; • Model ini dikelola oleh masyarakat yang pembentukannya diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme yang ada di masyarakat dan berada dibawah pembinaan Kepala Desa; • Prinsip keberlanjutan dalam hal operasional dan pemeliharaan sarana ini akan sangat dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat pengguna; Manfaat • Mengatasi kurang tersedianya sarana air minum • Mengatasi kurang tersedianya sarana sanitasi (jamban) • Mengurangi resiko penyakit akibat air yang tercemar • Mengurangi pencemaran air tanah DATA TEKNIS Instalasi Pengolahan Air Minum • Sumber air dari air tanah; • Instalasi pengolahan air menerapkan teknologi multistage filter (4 tahap penyaringan) dan diakhiri dengan desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme; • Kapasitas pengolahan 2000 gpd (7.560 L/hari) atau sebanyak 398 batal gallon (kap. 19 L) per hari; • Mampu mengolah air dan membuang polutan berbahaya seperti logam berat, pestisida, racun, zat kimia, bakteri, virus, garam dan endapan lainnya; • Kualitas air hasil olahan telah memenuhi standar kualitas air minum sehingga dapat langsung dikonsumsi sebagai air minum; • Hasil kualitas air olahan telah diperiksa dan dipantau oleh Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang; • Harga lebih murah dan bersaing. MCK Umum • MCK terdiri dari 4 unit kamar mandi dan kakus (2 unit untuk laki-laki dan 2 unit untuk perempuan) serta 2 unit tempat cuci pakaian; • Sumber air dari air tanah yang dialirkan dengan menggunakan pompa; • Setiap kamar mandi dilengkapi dengan shower / kran semprot; • Pengolahan limbah tinja menggunakan sistem biokontraktor sebanyak 5 kompartemen sehingga air limbah dari kakus tidak mencemar air tanah; • Biaya operasi dan pemeliharaan dibebankan kepada pemakai secara sukarela/kesepakatan bersama; hal-hal yang menarik dari semua IPTEK yang ada sebagian besar kita kembalikan lagi ke alam karena tuhan memberi kita masalah dengan berbagai cara penyelesaianya. begitu juga penyakit dengan segala obatnya. ^_^
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Program STBM memiliki indikator outcome dan indikator output. Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Indikator output STBM adalah sebagai berikut : Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF). Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar. Untuk mencapai outcome tersebut, STBM memiliki 6 (enam) strategi nasional yang pada bulan September 2008 telah dikukuhkan melalui Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008. Strategi tersebut adalah: Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment); Peningkatan kebutuhan (demand creation); Peningkatan penyediaan (supply improvement); Pengelolaan pengetahuan (knowledge management); Pembiayaan; Pemantauan dan evaluasi. Dari 6 (enam) strategi tersebut, 3 (tiga) strategi pertama merupakan strategi utama dalam pelaksanaan program nasional STBM. Tiga strategi ini disebut Komponen Sanitasi Total. Mengubah perilaku untuk mengupayakan praktik STBM yang berkelanjutan

lagu "berita cuaca" untuk indonesia

Lestari alamku lestari desaku Dimana Tuhanku menitipkan aku Nyanyi bocah-bocah di kala purnama Nyanyikan pujaan untuk nusa Damai saudaraku suburlah bumiku Kuingat ibuku dongengkan cerita Kisah tentang jaya nusantara lama Tentram kerta raharja di sana Mengapa tanahku rawan kini Bukit-bukitpun telanjang berdiri Pohon dan rumput-rumput Enggan bersemi kembali Dan burung-burung malu bernyanyi Kuingin bukitku hijau kembali Semak rumputpun tak sabar menanti Doa kan kuucapkan hari demi hari Sampai kapankah hati lapang diri Lestari alamku lestari desaku Dimana Tuhanku menitipkan aku Kami kan bernyanyi hibur lara hati Nyanyikan bait padamu negeri

Minggu, 10 November 2013

STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Program STBM memiliki indikator outcome dan indikator output. Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Indikator output STBM adalah sebagai berikut : Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF). Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar. Untuk mencapai outcome tersebut, STBM memiliki 6 (enam) strategi nasional yang pada bulan September 2008 telah dikukuhkan melalui Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008. Strategi tersebut adalah: Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment); Peningkatan kebutuhan (demand creation); Peningkatan penyediaan (supply improvement); Pengelolaan pengetahuan (knowledge management); Pembiayaan; Pemantauan dan evaluasi. Dari 6 (enam) strategi tersebut, 3 (tiga) strategi pertama merupakan strategi utama dalam pelaksanaan program nasional STBM.

Ubah Perilaku Sanitasi Lewat Lomba Teknologi Tepat Guna

SURYA Online, SURABAYA - Sekitar 150 orang kader lingkungan dari 38 puskesmas di kota Surabaya, serta kader lingkungan kampung padat kota Surabaya, berkumpul di restoran Halo Surabaya, Sabtu (7/9/2013). Mereka mengikuti mengikuti ajang lomba teknologi tepat guna untuk mengimplementasikan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang digelar High Five dan USAID. Menurut Ratih Adewi, Koordinator High Five, kegiatan ini digelar agar bisa mengubah perilaku masyarakat untuk lebih sehat dalam hal sanitasi lingkungan. "Sanitasi lingkungan, meski sangat sepele, tapi sangat memberi pengaruh pada kesehatan dan kualitas hidup orang," jelas Ratih. Mengubah perilaku tidak hanya melalui anjuran, dan peraturan, tapi juga melalui lomba teknologi tepat guna untuk mengajak mereka mengatasi masalah sanitasi yang ada di lingkungannya. Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nur Ilmiah, hadir memberikan gambaran tentang akibat dari sanitasi lingkungan yang buruk pada kesehatan. "Penyakit diare, kulit, dan sejenisnya. Diare memiliki potensi kematian bila terlambat," jelas Nur Ilmiah. Keduanya mengakui bila kepadatan penduduk di perkampungan kota Surabaya membuat sanitasi sering terabaikan. Seperti buang air besar (bab) di got, kali, atau di kakus tanpa septitank. Terkait #high five, sanitasi lingkungan, usaid

Peduli Sanitasi, Pundi Amal SCTV Gelar Kompetisi Tekno

Kondisi sanitasi dan air minum yang masih memprihatinkan di Indonesia, mendorong sejumlah kalangan termasuk Pundi Amal SCTV menyelenggarakan kompetisi teknologi tepat guna dalam bidang tersebut. Dalam menyelenggarakan kompetisinya itu, sebanyak 13 finalis terpilih akan segera menerapkan inovasinya di tengah masyarakat. Dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Rabu (30/10/2013), kompetisi 13 teknologi tepat guna dalam bidang sanitasi dan air bersih ini dipamerkan dalam acara konferensi sanitasi dan air minum nasional yang diselenggarakan di Balai Kartini, Jakarta Selatan. Teknologi-teknologi tersebut diantaranya pembuatan septik tank untuk daerah pesisir, dan rumah panggung fasilitas cuci tangan portable dan destilator vacuum. Pihak Pundi Amal SCTV menyatakan finalis kompetisi ini nantinya akan menerapkan teknologi mereka, di kota kota yang telah ditentukan. Selain Pundi Amal SCTV, acara ini juga didukung oleh USAID. Menurut USAID, kondisi sanitasi di indonesia masih memprihatinkan, sehingga diharapkan acara ini bisa membangun kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan sanitasi. Sebab sangat penting bagi masyarakat untuk bisa mendapatkan air bersih agar tetap sehat. Sehingga seorang ibu bisa mengurus anaknya, dan seorang anak bisa tumbuh dengan baik. USAID memang bekerjasama dengan pemerintah Indonesia, dalam mengurangi jumlah masyarakat yang tidak bisa mendapatkan air bersih dan sanitasi yang baik bagi kesehatan. Selain kompetisi, ada berbagai acara lain dalam konferensi sanitasi dan air minum nasional ini. Di antaranya stan yang mengajarkan pentingnya air dalam kehidupan sehari hari, dan perlombaan foto jurnalis. Acara yang dimulai Selasa, 29 Oktober ini akan berlangsung 2 hari hingga tanggal 31 Oktober besok. (Han/Tnt)

Tak Ada 100 Juta Penduduk Indonesia Bisa Punya Toilet Sehat

Sanitasi dan toilet terkadang tidak terlau dipedulikan kebersihan dan kesehatannya. Tanpa disadari keduanya menjadi kebutuhan utama yang membawa pengaruh besar bagi masyarakat. "Sanitasi dan air minum di Indonesia masih menjadi tantangan yang besar, karena data BPS memperlihatkan kurang dari 100 juta penduduk masih belum memiliki akses sanitasi yang baik, "ujar Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia (ATI), Naning Adiwoso Senin (22/7/2013) di Hotel Sultan, Jakarta. Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Djoko Mursito juga mengatakan hal yang sama. "Tahun 2013 sanitasi yang baik di Indonesia baru mencapai 56.2 persen dan target 2015 sebanyak 62,4 persen," kata Djoko Mursito. Risiko terkena berbagai penyakit merupakan dampak yang ditimbulkan dari sanitasi yang tidak sehat. "Oleh karena masalah tersebut kami selalu mengampanyekan sanitasi sehat untuk semua, baik di lingkungan domestik ataupun komersial," papar Naning. Sanitasi dan toliet di tempat umum diharapkan Naning dapat memenuhi standar sanitasi yang baik. "Toilet-toilet umum di bandara, pusat perbelanjan, SPBU dan tempat umum lainnya jika memenuhi sanitasi yang baik maka dampak positifnya sangat besar," tambahnya. (Mia/Abd)

mengetahui berbagai limbah rumah sakit beserta penangananya

Potensi Pencemaran Limbah Rumah Sakit Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan, 1997 diungkapkan seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit (Sebayang dkk, 1996). Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahyakan kesehatan di lingkungannya. Di negara maju, jumlah limbah diperkirakan 0,5 – 0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit per hari (Sebayang dkk, 1996). Sementara itu, Pemerintah Kota Jakarta Timur telah melayangkan teguran kepada 23 rumah sakit (RS) yang tidak mengindahkan surat peringatan mengenai keharusan memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jaktim yang diterima Pembaruan, dari 26 rumah sakit yang ada di Jaktim, hanya tiga rumah sakit saja yang memiliki IPAL dan bekerja dengan baik. Selebihnya, ada yang belum memiliki IPAL dan beberapa rumah sakit IPAL-nya dalam kondisi rusak berat (Sebayang dkk, 1996).Data tersebut juga menyebutkan, hanya sembilan rumah sakit saja yang memiliki incinerator. Alat tersebut, digunakan untuk membakar limbah padat berupa limbah sisa-sisa organ tubuh manusia yang tidak boleh dibuang begitu saja. Menurut Kepala BPLHD Jaktim, Surya Darma, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran yang mengharuskan pihak rumah sakit melaporkan pengelolaan limbahnya setiap tiga bulan sekali. Sayangnya, sejak dilayangkannya surat edaran akhir September 2005 lalu, hanya tiga rumah sakit saja yang memberikan laporan. Menurut Surya, limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis. Padahal, limbah medis memerlukan pengelolaan khusus yang berbeda dengan limbah nonmedis. Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium. Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah. Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki pembuangan seperti itu (Sebayang dkk, 1996).Sementara itu, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Sudin Kesmas Jaktim menduga, buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan benar. Padahal setiap rumah sakit, selain harus memiliki IPAL, juga harus memiliki surat pernyataan pengelolaan lingkungan (SPPL) dan surat izin pengolahan limbah cair. Sementara limbah organ-organ manusia harus di bakar di incinerator. Persoalannya, harga incinerator itu cukup mahal sehingga tidak semua rumah sakit bisa memilikinya (Sebayang dkk, 1996). Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola rumah sakit, dan jadi penyebab tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan dari kegiatan rumah sakit antara lain disebabkan, kurangnya kepedulian manajemen terhadap pengelolaan lingkungan karena tidak memahami masalah teknis yang dapat diperoleh dari kegiatan pencegahan pencemaran, kurangnya komitmen pendanaan bagi upaya pengendalian pencemaran karena menganggap bahwa pengelolaan rumah sakit untuk menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi pencemaran, kurang memahami apa yang disebut produk usaha dan masih banyak lagi kekurangan lainnya (Sebayang dkk, 1996). Untuk itu, upaya-upaya yang harus dilakukan rumah sakit adalah, mulai dan membiasakan untuk mengidentifikasi dan memilah jenis limbah berdasarkan teknik pengelolaan (Limbah B3, infeksius, dapat digunapakai atau guna ulang). Meningkatkan pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian terhadap pembelian dan penggunaan, pembuangan bahan kimia baik B3 maupun non B3. Memantau aliran obat mencakup pembelian dan persediaan serta meningkatkan pengetahuan karyawan terhadap pengelolaan lingkungan melalui pelatihan dengan materi pengolahan bahan, pencegahan pencemaran, pemeliharaan peralatan serta tindak gawat darurat (Sebayang dkk, 1996). Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta Lingkungan Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tatalaksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan (Said, 1999). Limbah rumah Sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadal, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk (Said, 1999). Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori. Untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminsai dan trauma (injury). jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) : a. Limbah Klinik Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan produk darah. b. Limbah Patologi Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard. c. Limbah Bukan Klinik Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan mambuangnya. d. Limbah Dapur Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staff maupun pasien di rumah sakit. e. Limbah Radioaktif Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik. Pencegahan Pengolahan Limbah Pada Pelayanan Kesehatan Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengunangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah (Shahib, 1999). Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah sakit masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan pengolahan limbah yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib, 1999). Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction) (Hananto, 1999). Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah (Arthono, 2000) : House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya. Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut (Haryanto, 2001) : Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah klinik. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang. Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut (Sundana, 2000) : 1. Pemisahan limbah Limbah harus dipisahkan dari sumbernya Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang. Di beberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain 2. Penyimpanan limbah Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang samatelah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya 3. Penanganan limbah Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup Kantung dipegang pada lehernya Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging) Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di dalma kantung yang salah Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung limbah 4. Pengangkutan limbah Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin. 5. Pembuangan limbah Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar (Agustiani dkk, 2000) : Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak); Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam. Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman padao gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan. Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri. insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 – 1500o C atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakityang berasal dari rumah sakitlain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Rostiyanti dan Sulaiman, 2001). Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang berikut (Djoko, 2001) : Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter. Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm. Tambahkan lapisan kapur. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah. Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah. Ozonisasi Pengolahan Limbah Medis Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakitumumnya banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakittersebut. Dari sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum “dilempar” menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya dibuang (Suparmin dkk, 2002). Teknologi Pengolahan Limbah Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat medis (Suparmin dkk, 2002). Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh (Suparmin dkk, 2002). Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukannya teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States Environmental Protection Agency (USEPA) pada tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain (Christiani, 2002). Ozonisasi Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika (Berlanga, 1998). Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge (Berlanga, 1998). Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri (Akers, 1993). Ozonisasi Limbah cair rumah sakit Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah cair (Harper, 1986). Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan (Harper, 1986). Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai (Harper, 1986). Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil radikalakan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air (Harper, 1986). Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit (Wilson, 1986). Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara dicuci (Wilson, 1986). Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet atau hidrogen peroksida.Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakittidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang luas (Wilson, 1986). Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakityang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit darin pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit dana sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakitsebagai salah astu indikator penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai institusi yang sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan (Wilson, 1986)

Sabtu, 09 November 2013

Belajar dari Brazil yang Sukses Menjaga Hutan

Brazil, negara di Amerika Latin yang memiliki keanekaragaman hutan dan luasan hutan tertinggi di dunia itu, diklaim sukses menjaga hutannya dari perusakan dan penebangan. Mekanisme dan sistem di negara itu bisa dicontoh dan diadaptasikan bagi pengelolaan hutan di Indonesia. Dalam konferensi pers Governors’ Climate and Forests (GCF) Task Force Annual Meeting 20-22 September 2011, Senin (19/9/2011) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Koordinator GCF Brasil, Mariana Pavan, mengatakan, negara yang jauh lebih dulu menerapkan program Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) itu membangun kerja sama dengan masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat. ”LSM dan masyarakat berdiskusi untuk mencari prinsip-prinsip REDD untuk dituangkan dalam peraturan,” ucapnya. Ia mengemukakan, keberpihakan terhadap masyarakat adat dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada alam hutan mutlak dilakukan. Karena sejak awal masyarakat yang menjadi sasaran kesuksesan REDD, program ini pun mengakar. ”Di dalam REDD jelas status dan keuntungan yang dirasakan masyarakat,” ucapnya. Avi Mahaningtyas, Koordinator GCF Indonesia mengatakan, Pemerintah Brasil telah melindungi masyarakat adat dan masyarakat yang bergantung pada alam hutan. ”Masyarakat Surui di Brasil punya program dalam mengelola wilayahnya,” kata Avi. Selain keterlibatan masyarakat, menurut Avi, peran pemerintah, terutama pemerintah daerah yang menjalankan REDD, sangat diperlukan. ”GFC ini menjadi momentum atau pelajaran negara-negara lain dalam perbaikan tata kelola hutan dan alam yang akuntabel, transparan, dan partisipatif,” tuturnya. Kegiatan GCF akan dihadiri Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang, Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek, mantan Gubernur Papua Barnabas Suebu, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono. Ketua Satgas Persiapan Kelembagaan REDD+ Kuntoro Mangkusubroto hanya hadir melalui konferensi jarak jauh. Gubernur dari luar negeri tidak ada yang hadir. GCF Task Force ini diikuti Pemerintah Daerah Bagian Para, Amapa, Mazonas, Mato Grosso, Para (Brasil); Pemerintah Provinsi Aceh, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua, Kalimantan Barat (Indonesia); Pemerintah Daerah Bagian Cempeche, Chiapas (Meksiko); Pemerintah Daerah Bagian Cross River (Nigeria); dan Pemerintah Daerah Bagian California, Illinois (Amerika Serikat).

Amerika Serikat kucurkan Dana US$1,5 juta untuk REDD Plus di Indonesia

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memberikan pendanaan awal sebesar US$1,5 juta dari pendanaan multi-juta dolar Dana Hutan dan Iklim Gubernur atau “Dana GCF”, untuk mendukung implementasi Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+) di negara bagian dan propinsi GCF. Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang menuturkan dana GCF merupakan fasilitas pertama di dunia dimana donor publik dan swasta serta investor dapat secara langsung mendanai upaya-upaya REDD+ negara bagian dan propinsi di banyak negara. “Hari ini para Gubernur GCF menyediakan peluang kemitraan yang unik untuk membantu kita mengembangkan jalur-jalur baru menuju pembangunan rendah emisi sambil tetap mengedepankan prioritas masyarakat lokal pengguna hutan untuk meningkatkan standar hidup mereka dan akses mereka ke pendidikan dan layanan kesehatan,” ujarnya, hari ini. Saat ini, peluang-peluang pendanaan bagi negara bagian dan propinsi yang berupaya mengembangkan program-program REDD+ yang inovatif masih terbatas. Dana GCF dikembangkan untuk mengatasi kesenjangan ini lewat pembentukan sebuah fasilitas pendanaan independen senilai US$6 juta untuk mempromosikan pengembangan program-program REDD+ se-negara bagian/propinsi yang berhasil. Pada Agustus 2011, Departemen Negara Amerika Serikat menjadi penyokong dana awal untuk Dana GCF, lewat komitmen pendanaan sebesar US$1,5 juta untuk mendukung peningkatan kajian stok karbon hutan se-negara bagian dan peningkatan proses-proses stakeholder. Dana GCF sedang mencari tambahan dana sebesar US$4,5 juta untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung dan direncanakan untuk periode 2012-2013 terkait perhitungan karbon hutan, program-program pengembangan model-model pembagian manfaat dan kegiatan-kegiatan pendukung implementasi REDD+. (bsi)

Indonesia jadi Miskin TANPA HUTAN

Ungkapan "Indonesia jadi Miskin tanpa Hutan" memang sangat tepat dan bijaksana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan, keberadaan hutan sangat penting untuk menyimpan keanekaragaman hayati dan keajaiban dunia hewan. Menurut SBY, tanpa hutan maka kondisi masyarakat Indonesia akan sangat miskin. "Jika bukan karena manfaat yang hutan berikan maka masyarakat kita akan jauh lebih miskin," ungkap SBY ketika berpidato pada Konferensi Hutan Indonesia yang bertemakan "Alternatif Masa Depan untuk Memenuhi Tuntutan Makanan, Serat, Bahan Bakar, dan Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan di Negara Berkembang (REDD+)", di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (27/9). SBY mengatakan, seperti banyak negara lain yang diberkati dengan hutan tropis maka Indonesia juga menghadapi tantangan berkelanjutan dalam mengelola sumber daya hutan. Ia berpesan, keberhasilan mengelola hutan saat ini akan menentukan masa depan anak cucu di kemudian hari. "Inti pesan saya hari ini adalah bahwa keberhasilan kita dalam mengelola hutan akan menentukan masa depan kita dan anak-anak kita," tegas Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu. Dia juga menyadari, saat ini hutan terus menghadapi masalah dan tantangan besar. "Duniapun menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan. Pemanasan global semakin mengancam kehidupan dan bahkan kelangsungan hidup," tegasnya. Konferensi ini diprakarsai oleh Center for International Forestry Research (CIFOR), sebuah organisasi internasional yang berpusat di Bogor, Jawa Barat. Hasil konferensi ini akan disebarkan secara online kepada khalayak dunia, termasuk mereka yang akan menghadiri Konferensi Perubahan Iklim atau COP 17 di Durban, Afrika Selatan. Hadir dalam konferensi ini, antara lain, Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Internasional Norwegia Erik Solheim, Utusan Khusus bidang Perubahan Iklim Bank Dunia Andrew Steer, dan Menteri Negara bidang Lingkungan Hidup, Pangan dan Urusan Pedesaan Inggris Jim Pace. Pada pukul 09.00 WIB, sebelum memberikan pidato kunci, Presiden SBY didampingi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menerima Menteri LH Norwegia Erik Solheim.

reboisasi cegah banjir dan kekeringan

Tingkat curah hujan yang tinggi akibat pengaruh Badai Siklon Tropis di Indonesia membuat beberapa tempat di landa banjir. Sangat menyedihkan sekali, mengapa setiap tahun banjir pasti terjadi di tempat kita. Belajar dari pengalaman yang ada tentu kita harus lebih bijak lagi untuk menata lingkungan hidup kita. Bisakah ketika hujan datang, lebih banyak air yang terserap dan tersimpan di dalam tanah dibandingkan yang mengalir langsung ke laut. Bahkan air yang mengalir ini membawa berbagai material dari darat akibat tingginya proses erosi yang terjadi. Air bisa diserap lebih banyak ke dalam tanah bila terdapat vegetasi di permukaan bumi. Semakin banyak vegetasi semakin tinggi tingkat penyerapan air ke dalam tanah atau yang dikenal dengan istilah infiltrasi. Vegetasi tersebut bisa berbentuk tumbuhan apa saja, terutama pohon-pohon yang rapat dengan cakupan areal yang luas. Suatu tempat yang ditumbuhi pepohonan dan mempunyai iklim mikro yang berbeda dengan di lingkungan sekitarnya, sering didefinisikan dengan “Hutan”. Hutan memang mempunyai banyak manfaat, baik langsung maupun tidak langsung. Salah satunya adalah mencegah terjadinya banjir karena dengan kerapatan pohon pada areal yang cukup luas, penyerapan air ke dalam tanah dapat lebih baik dan disimpan di selah-selah perakaran pohon. Hutan sebagai pengatur tata air atau hidro-orologis dapat berfungsi dengan baik. Air hujan yang jatuh tidak serta merta mengalir ke laut lewat aliran permukaan atau perkolasi, tetapi lebih lama dapat disimpan di dalam tanah. Debit air pada sungai tidak terlalu meningkat dengan drastis ketika hujan datang, tetapi dapat dikontrol pelepasannya secara perlahan. Ketika musim panas datang walaupun hujan tidak turun berbulan-bulan, air yang tersimpan di dalam tanah masih dapat dipergunakan. Inilah manfaat hutan yang memberi jaminan pada saat musim panas sehingga tidak terjadi kekeringan. Namun apa yang terjadi sekarang ini sangat berbeda. Ketika hujan datang dengan curah hujan yang tinggi, daerah kita dilanda banjir bahkan sampai terjadi bencana banjir bandang. Bencana ini memakan korban harta bahkan sampai korban jiwa. Pada saat musim panas, daerah kita dilanda kekeringan, orang harus pergi mencari air sampai ber mil-mil jauhnya.Karena itu, marilah kita pelihara hutan kita dan menjaga lingkungan tetap sehat. Tanam pohon bila daerah kita sudah menjadi lahan kritis yang sudah tidak terdapat vegetasi diatasnnya.

Kamis, 07 November 2013

mengetahui limbah lebih rinci beserta penangananya part 3

Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986). Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C). •Penanganan dan Pengolahan Limbah Rumah Sakit Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Siregar, 2001). Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, perlindungan terhadap bahaya pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian khusus (Said dan Ineza, 2002). Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa (Said dan Ineza, 2002). Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu (Giyatmi. 2003) : Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit. Pengguna jasa pelayanan rumah sakit. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang diperlukan. Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit. Sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi (Barlin, 1995).

mengetahui lebih rinci berbagai limbah 2

Komposisi Sampah Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos; 2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton; Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%. Ancaman Bagi Kawasan Wisata Alam Dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik adalah sebagai berikut: a. Gangguan Kesehatan: • Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong penularan infeksi; • Timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus; b. Menurunnya kualitas lingkungan c. Menurunnya estetika lingkungan Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan lingkungan tidak indah untuk dipandang mata; d. Terhambatnya pembangunan negara Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa negara juga menurun. Pengelolaan Sampah Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan sampah. Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit. Tahapan Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah: a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan yang sering dikunjungi wisatawan. b. Pemanfaatan Kembali Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas: 1). Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata. Berdasarkan hasil, penelitian diketahui bahwa dengan melakukan kegiatan composting sampah organik yang komposisinya mencapai 70%, dapat direduksi hingga mencapai 25%. 2). Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan. c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai ± 10%, harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Di Indonesia, pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab masing-masing Pemda. Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar ± 10%. Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh banyak pemerintah daerah. Pengelolaan sampah yang dilakukan di kawasan wisata alam, akan memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah: a. Menjaga keindahan, kebersihan dan estetika lingkungan kawasan sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung; b. Tidak memerlukan TPS yang luas, sehingga pengelola wisata dapat mengoptimalkan penggunaan pemanfaatan kawasan; c. Mengurangi biaya angkut sampah ke TPS; d. Mengurangi beban Pemda dalam mengelola sampah. •B. Limbah Plastik Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic. Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986). Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia,penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga kali sehari berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik yang seringkali dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia melakukan hal itu maka akan terkumpul 90×125 juta=11250 juta kantung plastik yang mencemari lingkungan. Berbeda jika kondisi berjalan sebaliknya yaitu dengan penghematan kita dapat menekan hingga nyaris 90% dari total sampah yang terbuang percuma. Namun fenomena yang terjadi adalah penduduk Indonesia yang masih malu jika membawa kantung plastik kemana-mana. Untuk informasi saja bahwa di supermarket negara China, setiap pengunjung diwajibkan membawa kantung plastik sendiri dan apabila tidak membawa maka akan dikenakan biaya tambahan atas plastik yang dikeluarkan pihak supermarket. Pengelolaan Limbah Plastik Dengan Metode Recycle (Daur Ulang) Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001). Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995). Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001). Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.

mengetahui lebih rinci berbagai limbah

Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbuh tumpukan limbah atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada kehidupan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas kehidupan terutama pada lingkungan sekitar. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.penanganan limbah ini tentunya tidak hanya sekedar mengolahnya/ mendaur ulangnya langsung tanpa memperhatikan jenis limbah dan cara penangannanya klarena dari setiap limbah yang ada mempunyai cirri berbeda terhadap dampak yang ditimbulkanya. Karakteristik limbah : Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki suatu karakteristik yang berbeda. Termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : Berukuran mikro Karekteristik ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah/ volumenya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak bias terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai yang di buang tidak sesuai dengan prosedur pembuangan yang dianjurkan. Dinamis Mungkin yang dimaksud dinamis disini adalah tentang cara pencemarannya yang tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan pencermaran. Biasanya limbah dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama dan tidak diketahui dengan hanya melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran limbah yang tidak dapat dilihat B.Karakteristik limbah : Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki suatu karakteristik yang berbeda. Termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : Berukuran mikro Karekteristik ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah/ volumenya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak bias terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai yang di buang tidak sesuai dengan prosedur pembuangan yang dianjurkan. Dinamis Mungkin yang dimaksud dinamis disini adalah tentang cara pencemarannya yang tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan pencermaran. Biasanya limbah dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama dan tidak diketahui dengan hanya melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran limbah yang tidak dapat dilihat Berdampak luas (penyebarannya) Luasnya dampak yang di timbulkan oleh limbah ini merupakan efek dari karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tak dapat dilihat dengan mata tellanjang. Contoh dari besarnya dampak yang ditimbulkan yaitu adanya istilah “Minamata disease” atau keracunan raksa (Hg) di Jepang yang mengakibatkan nelayan-nelayan mengidap paralis (hilangnya kemampuan untuk bergerak karena kerusakan pada saraf). Kejadian ini terajadi di Teluk Minamata dan Sungai Jintsu karena pencemaran oleh raksa (Hg). Berdampak jangka panjang (antar generasi) Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia biasanya tidak sekedar berdampak pada orang yang terkena tetapi dapat mengakibatkan turunannya mengalami hal serupa. Dari karakteristik limbah di atas pencemaran limbah juga didukung oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran limbah terhadap lingkungan diantaranya : 1.Volume Limbah Tentunya semakin banyak limbah yang dihasilkan oleh manusia dampak yang akan ditimbulkan semakin besar pula terasa. 2.Kandungan Bahan Pencemar Kandunngan yang terdapat di limbah ini mengakibatkan pencemaran lingkungan apabila kandunganya berbahaya dapat mengakibatkan pencemaran yang fatal bahkan dapat membunuh manusia serta mahluk hidup sekitar. 3.Frekuensi Pembuangan Limbah Pada saat sekarang ini pembuangan limbah semakin naik frekuensinya di karenakan banyaknya industry yang berdiri. Dengan semakin banyak frekuensi limbah tentunya pembuanganlimbah menjadi tidak terkandali dan usaha untuk mengolahnya tidak dapat maksimal dikarenakan pengolahan limbah yang masih jauh dari harapan kita semua. C.Sumber dan Jenis Limbah 1.Sumber Utama imbah Sumber adanya limbah sebenarnya banyak sekali tetapi pada pengelompokannya sumber limbah terdiri dari : Aktivitas manusia Saat manusia melakukan aktivitas untuk menghasikan sesuatu barang produksi maka akan timbul suatu limbah karena tidak mampunya pengolahan yang dilakukan oleh manusia menggunkan mesin dan juga sulitnya untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang yang bias dimanfaatkan untuk keperluan manusia. Berikut adalah limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia misalnya : a)Hasil pembakaran bahan bakar pada industry dan juga kendaran bermotor b)Pengolahan bahan tambang dan minyak bumi c)Pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian ataupun perumahan Aktivitas alam Selaindari aktivitas diatas pencemaran limbah di bumi juga di timbulkan oleh aktivitas alam walaupun jumlahnya sangat sedikit pengaruhnya terhadap lingkungan karena lokasinya yang biasanya bersifat lokal.berikut ini contoh dari aktivitas alam yang menghasilkan limbah yaitu : a)Pembusukan bahan organik alami b)Adanya aktifitas gunung berapi c)Banjir, longsor serta d)Aktivitas alam yang lain Karena kedua aktivitas ini menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan, manusia di bumi terus mengembangkan teknologi untuk mencegah dampak pencemaran lingkungan. Walaupun dilain pihak limbah terus meningkat terutamadiakibatkan oleh aktivitas manusia hal ini didorong oleh beberapa factor sebagai berikut : ØPerkembangan industri Perkembangan industri yang sangat cepat baik pertambangan, transportasi dan manufakur atau pabrik yang mengahsilkan limbah dalam jumlah yang relative besar sehingga terjadi pembuangan limbah yang kurang terkontrol karena kurannya teknologi untuk membuat limbah menjadi barang yang terurai atau ramah lingkungan Modernisasi Pada saat sekarang perkembangan teknologi untuk menghasilkan barang semakin marak digunakan dikalangan orang yang mengeluti bidang industry. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan barang dengan cepat tetapi di lain hal perkembangan teknologi berakibat pada semakin banyaknya limbah yang dihasilkan oleh teknologi itu sendiri. Pertambahan penduduk Semakin banyaknya penduduk di bumi ini mengakibatkan bertambah meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal serta meingkatnya jumlah kebutuhan akan barang. Hal ini dapat menimbulkan berberpa macam masal seperti : a)Pembukaan lahan untuk pemukiman dan saran transportasi Pembukaan lahan untuk pemukiman dan saran transportasi berdampak terhadap semakin berkurangnya hutan untuk mengurangi kadar pencemaran lingkungan. b)Penimbunan sampah Semakin hari kita melihat banyaknya sampah yang menumpuk karena pembuangannya yang sembarangan dan mungkin juga karena kurang mampunya tempat pembuangan sampah untuk menampung sampah atau yang biasa disebut TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dalam menampung sampah sehingga sampah menumpuk di suatu tempat yang berdampak menurunnya kualitas lingkungan sekitar 2.Jenis Limbah Bermacam-macam limbah mungkin akan kita temui di sekitar kita. Pernahkah anda melihat sampah plastic, kaleng,pecahan kaca, kotoran hewan dan lain sebagainya. Dari sekian banyaknya limbah ini dapat dikelompokan berdasar sumber dari limbah ini berasal seperti penjelasan di bawah ini : • Garbage yaitu sisa pengelolaan atau sisa makanan yang mudah membusuk. Misal limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga, restoran dan hotel. Rubbish yaitu bahan atau limbah yang tidak mudah membusuk yang terdiri dari •bahan yang mudah terbakar seperti kayu dan kertas •bahan yang tidak mudah terbakar seperti klaeng dan kaca • Ashes yaitu sejenis abu hasil dari proses pembakaran seperti pembakaran kayu, batubara maupun abu dari hasil industry. • Dead animal yaitu segala jenis bangkai yang membusuk seperti bangkai kuda, sapi, kucing tikus dan lain-lain. • Street sweeping yaitu segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan karena perbuatan orang yang tidak bertanggungjawab. • Industrial waste yaitu benda-benda padat sisa dari industry yang tidak tepakai atau dibuang. Missal industry kaleng dengan potongan kaleng-kaleng yang tidak terolah. D.Contoh Dari Pencemaran Limbah dan Upaya Pengolahannya. •Dampak Negatif Limbah Sampah Terhadap Lingkungan dan Pemanfaatannya Kawasan wisata alam merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi, baik oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yang menyenangi nuansa alami. Selain itu kawasan wisata alam adalah sarana tempat terjadinya interaksi sosial dan aktivitas ekonomi. Untuk menjaring masyarakat dan wisatawan sebanyak mungkin, setiap kawasan wisata alam harus menjaga keunikan, kelestarian, dan keindahannya. Semakin banyak kunjungan wisatawan, maka aktivitas dikawasan tersebut akan meningkat, baik aktivitas sosial maupun ekonomi. Setiap aktivitas yang dilakukan, akan menghasilkan manfaat ekonomi bagi kawasan tersebut. Namun yang harus diingat adalah bahwa limbah atau sampah yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut dapat mengancam kawasan wisata alam. Sampah apabila dibiarkan tidak dikelola dapat menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan dan kelestarian kawasan wisata alam. Sebaliknya, apabila dikelola dengan baik, sampah memiliki nilai potensial, seperti penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika lingkungan, dan pemanfaatan lain sebagai bahan pembuatan kompos yang dapat digunakan untuk memperbaiki lahan kritis di berbagai daerah di Indonesia, dan dapat juga mempengaruhi penerimaan devisa negara.

PU Optimis Penuhi Akses Air Minum Untuk Masyarakat

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tetap optimis Indonesia mampu memenuhi kebutuhan akses air minum untuk masyarakat sesuai target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Hal tersebut dikemukakan oleh Direktur Pengembangan Air Minum (PAM) Ditjen Cipta Karya Danny Sutjiono dalam acara Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) di Jakarta, Selasa (29/10). “Akses air minum dapat dipenuhi apabila pemerintah pusat dan daerah dapat melakukan pemasangan air minum di rumah-rumah secara berkelanjutan,” jelas Danny. Lebih lanjut Danny katakan hal tersebut harus seimbang dengan perilaku masyarakat yang selalu melakukan pembayaran kepada Perusahan Air Minum (PAM) agar dapat mengembangkan akses air minum di Tanah Air secara lebih baik. “Masyarakat harus bisa hemat air. Hal ini diperlukan untuk memberikan air minum kepada masyarakat lainnya. Jangan biasakan membuang-buang air minum, gunakan seperlunya,” ujarnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementerian PU dari 62,41 persen target MDGs baru sebanyak 57,35 persen penduduk yang memiliki akses sanitasi layak. Sedangkan pada pencapaian layanan air minum, capaian layanan air minum yang ada saat ini adalah sebesar 58,05 persen dari target 68,87persen. Pemerintah Pusat termasuk Kementerian PU meningkatkan komitmen melalui alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dialokasikan sebesar Rp15,6 triliun untuk air minum dan sebesar Rp12 triliun untuk sanitasi pada periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Sebelumnya, Menteri PU, Djoko Kirmanto pernah menyebutkan Jakarta memiliki sistem pengolahan limbah terpusat (sewerage) terparah di Indonesia. Sistem sewerage di Jakarta baru mencapai 3 persen. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, Dedy S. Priatna mengatakan capaian sewerage tersebut mengkhawatirkan. Jika dibandingkan dengan kota-kota besar di Asia Tenggara yang lain, Jakarta masih kalah jauh. “Di Jakarta kita baru mencapai 3 persen. Yang lain itu dibuang ke tanah, jadi diare jadi apa. Singapura mencapai 100 persen. Kuala lumpur 96 persen, Hanoi 65 persen. Sedangkan akses layanan sanitasi dan air minum harus telah mencapai 100 persen di tahun 2019. Hal tersebut menjadi tantangan dalam pembangunan sanitasi dan air minum,” jelasnya. Dikatakan Dedi, pemerintah pusat melalui Kementerian PU bekerjasama dengan pemerintah daerah Jakarta untuk mempercepat pembangunan sistem pengolahan limbah terpusat ini. Menurut Dedi, butuh dana hingga Rp125 triliun untuk merealisasikan hal tersebut. “Selain Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pihak swasta dan masyarakat umum juga memiliki peran yang penting dalam upaya peningkatan layanan sanitasi dan air minum,” ujarnya. (dnd)

Sanitasi Lingkungan Buruk, Tifus dan Diare Melonjak

Menjelang musim kemarau, kasus tifus dan diare di Kabupaten Bantul mulai menunjukkan tren meningkat. Salah satu indikasinya adalah lonjakan jumlah pasien kedua penyakit tersebut di Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati. Untuk pencegahan, masyarakat diimbau untuk memperbaiki sanitasi lingkungan. "Dari total kapasitas 200 kamar di Rumah Sakit Umum (RSU) Panembahan Senopati, tingkat okupansinya mencapai 95 persen. Sebagian besar adalah pasien tifus dan diare. Di bangsal anak misalnya, dari 30 pasien, 8 di antaranya menderita diare," kata dr Gandung Bambang Hermanto, Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSU Panembahan Senopati, Senin (10/8). Menurutnya, lonjakan penyakit tifus dan diare mulai terasa sejak akhir bulan Juni atau bertepatan dengan musim kemarau. Kedua penyakit tersebut sangat terkait dengan kebersihan lingkungan sekitar. Pada musim kemarau, produksi debu berlebih dan sebagian masyarakat kekurangan air bersih. Akibatnya, kualitas sanitasi lingkungan menurun. Untuk penyakit tifus, rata-rata pasien menginap selama 5-7 hari, sementara diare tergantung dengan seberapa parah kondisi pasien. Selain tifus dan diare, penyakit lain yang juga rentan selama kemarau adalah radang paru-paru. "Meski jumlah kasusnya fluktuatif, penyakit ini juga perlu mendapat perhatian," katanya. Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dr Siti Noor Zaenab Syech Said mengatakan, tifus disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini kebanyakan ditularkan melalui kotoran manusia. Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa, dan masuk ke dalam pembuluh darah. "Supaya tidak terkena, sebaiknya menjaga kebersihan lingkungan. Hindari jajan sembarangan di pinggir jalan. Vaksin khusus tifoid juga bisa diberikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh," katanya.

Korea Selatan Berharap Jadi Pemimpin Dalam Penghematan Air Dan Sanitasi

PBB memperkirakan dalam 50 tahun mendatang hampir separuh dari populasi dunia akan menghadapi krisis air bersih. Saat ini Asia adalah benua dengan persediaan air paling sedikit. Para ahli lingkungan mengatakan penghematan air harus dimulai dari rumah, lebih khusus lagi kamar mandi. Korea Selatan sudah mulai melakukan revolusi toilet untuk meghemat air dan meningkatkan sanitasi global. Laporan dari Suwon disampaikan koresponden Jason Strother dan dibacakan oleh Nanda Hidayat. Shim Jae Duk tinggal di sebuah toilet raksasa. Politisi Korea Selatan ini membangun sebuah rumah berbentuk toilet di bagian selatan Seoul, Suwon. Dia mengatakan awalnya tidak mudah meyakinkan keluarganya untuk tinggal di sana. “Saya mengumpulkan semua anggota keluarga dan mengatakan ingin membangun sebuah rumah berbentuk toilet. Istri saya yang pertama kali angkat bicara dan bertanya “Apakah saya benar-benar ingin tinggal di toilet?” tapi ia dan anak-anak saya mengerti tentang minat saya pada toilet.” Dari dalam terdengar alunan musik lembut sementara Shim memperlihatkan cara kerja pengendali toilet. Dia mengatakan toilet memainkan peranan utama dalam hidup setiap orang, itu sebabnya ia menjadikan kamar mandi sebagai pusat rumah tersebut. Bagi Shim, kamar mandi adalah bisnis yang serius. Faktanya saat ini dia dikenal sebagai Tuan Toilet. Dia mendapat gelar itu sewaktu piala dunia 2002, saat menjabat sebagai walikota. Shim mengutamakan memperindah dan meningkatkan kebersihan toilet umum. Sekarang sebagai anggota Sidang Nasional, Tuan Toilet mengatakan negara lain bisa belajar mengenai sanitasi dari Korea. Korea Selatan merupakan negara pertama di dunia yang memiliki hukum yang secara khusus mengatur tentang kamar mandi, papar Shim. Negara lain bisa mengadaptasi sebuah standar untuk semua tolet. Shim ingin menjadikan kesehatan pribadi penunjang dalam pembangunan negara, di mana jutaan orang tidak memilki akses terhadap kamar mandi yang bersih. Dengan dukungan kuat dari pemerintah Seoul, Shim mendirikan Asosiasi Toilet Dunia (WTA). Dia berharap Korea Selatan akan menjadi pemimipin revolusi toilet di seluruh dunia. Penabuh drum mengetuk permukaan beberapa mangkuk porselin sebagai tanda dimulainya pertemuan pengukuhan WTA di Seoul. Doktor Shigeru Omi, Direktur WHO untuk Pasifik Barat menyampaikan sambutannya. “Di seluruh dunia, 1,8 juta orang meninggal akibat diare yang disebabkan persedian air bersih yang tidak terjamin, sanitasi tak mencukupi dan praktek kesehatan pribadi yang minim.” Omi juga mengatakan dua dari tiga kematian itu terjadi di Asia. WHO memperkirakan hampir 92 triliyun rupiah biaya yang dibutuhkan setiap tahun untuk membangun sarana sanitasi dasar di seluruh dunia. Tujuan WTA lainnya adalah membuat kamar mandi yang ramah lingkungan dan hemat air. Di luar ruang pertemuan, dipamerkan toilet-toilet abad 21. Ada toilet dengan dua mekanisme penyiraman, satu untuk cairan dan yang lain untuk benda padat. Model yang lain dilengkapi dengan kipas angin yang didesain untuk menghilangkan bau tidak sedap. Toilet ini dinamakan toilet sopan. Simon Lee dari Asosiasi Perdagangan Internasional Korea menjelaskan bagaimana toliet konvensional itu boros air. “Hampir 60 persen konsumsi air kita untuk toilet. Kami kira ini sangat menggelikan, kita letakan limbah di air bersih kemudian membuangnya. Dibutuhkan mininal 10 liter air untuk sistem toliet konvensional tapi dalam sistem yang baru kurang…dari empat liter…tekan tombolnya dan pengaitnya akan bekerja seperti ini.” (flush) Saya menanyakan soal siapa yang membeli produk sebanyak ini, apakah ada negara atau wilayah yang sangat tertarik membeli toilet berteknologi tinggi ini? Kemudian Lee menjawab, Cina sangat tertarik dengan tipe toilet ini karena mereka tidak punya banyak air. Kami dapat pesanan dari Beijing untuk Olimpiade 2008. Kami akan mengimpor tipe ini ke Beijing karena orang Cina sangat tertarik dalam menghemat pemakaian air.” Warga Korea dan perwakilan asing menumpahkan air ke dalam kolam selama upacara pemurnian WTA. Delegasi dari hampir 60 negara mengambil bagian dalam pertemuan itu tapi tidak banyak perwakilan dari negara maju yang muncul. Tuan Toilet, Shim Jae Duk mengatakan negara-negara ini memiliki gambaran terbatas tentang kamar mandi. “Negara maju harus mengubah cara berpikir tentang toilet. Tidak cukup hanya dengan kamar mandi yang bersih. Itu adalah bagian budaya. Ini adalah cara terbaik menuju gaya hidup sehat.”